BOlpen Kok Dipanggil
Bolpen?
Ada 3
anak baru di kelas gue ketika semester 2 dimulai. Katanya sih hasil penggeseran
nomor induk mahasiswa karena ada mahasiswa yang mengundurkan diri. Let me
introduce them as Bolpen, Nia, and Febi.
Nia itu
perawakannya bisa dibilang agak kecil, terus pipinya tembem, dan sekarang suka
diejek endut sama seseorang *ehem-ehem. Kalau Febi, cantik! Ya iyalah… Si
Bolpen? Badannya gede, trus berambut *ya iyalah! Masa botak?! Maksud gue,
rambutnya itu jumlahnya lebih banyak dari teman-teman yang lain.
Loh,
kenapa dipanggil “Bolpen”? Begini sejarahnya. Dahulu kala, ketika kami masih
semester dua, ada mata kuliah Bahasa Indonesia (maafkan anakmu ini, Pak. Bahasa
Indonesia saya kok jadi kacau begini?). Pas awal masuk, kami diminta untuk
mendeskripsikan teman yang ada di sebelah kami dalam rangkaian kata yang ditulis
di selembar kertas putih *sok puitis.
Kebetulan,
Bolpen ini duduk disebelah Tuanjohan. Temen gue yang satu itu bingung bagaimana
harus mendeskripsikan si Bolpen. Salah satu hal yang bisa menarik perhatiannya
adalah bolpen yang dipakai sama si Bolpen. Kalau nggak salah itu bolpennya sih
lumayan jadul, kayak pen bapak-bapak yang biasa diselipin di saku baju.
Dan
entah kenapa, berhubung si Tuanjohan pun nggak tahu namanya, akhirnya dia pun
dipanggil dengan “Bolpen”.
Hingga
saat ini, sudah terlalu banyak nama panggilan yang kami buatkan untuknya.
Bahkan saking banyaknya sudah banyak anak kampus yang nggak manggil dia dengan
nama aslinya. *maaf ya~
Tapi,
pertimbangan lain untuk tidak memanggilnya dengan nama aslinya adalah, di angkatan
gue sudah ada 3 orang dengan nama depan
yang sama. Dan semuanya adalah teman-teman kami.
"Everyday is A Brand New Story"
Renveriouz
No comments:
Post a Comment